Minggu, 28 Februari 2021

Berkat Buku Yang Suka Ia Baca, Teddy Rusdy Dapat Lulus Test Penerbangan Dengan Mudah

Google.com

Dahulu Teddy Rusdy adalah remaja yang sangat mencintai baca buku, ia pun melumat banyak buku, seperti membaca novel petualangan dan juga beberapa biografi para tokoh. Mau fiksi ataupun nyata, Teddy Rusdy terus membaca dan didorong imajinasi tokoh-tokoh dari buku yang dia baca.

Tak disangka, sejak dulu Teddy Rusdy Ingin menjadi seorang jagoan yang gagah berani, perkasa dan juga cerdas. Teddy Rusdy pun terinspirasi oleh Tom Sawyer, Robinson Crusoe, Winnetou, bahkan sampai tokoh nasional pun seperti Bung Tomo dan juga Mustafa Kamal Ataturk.

Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Teddy Rusdy langsung bergabung dengan Angkatan Udara dan memilih sebagai calon navigator. Tak hanya itu saja, berkat akumulasi pengetahuan yang dia dapat dari buku-buku yang pernai dia baca, Teddy Rusdy akhirnya dapat lulus dengan mudah.

Hebatnya, setalah itu Teddy Rusdy mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuannya dan kemampuan teknis dalam penerbangannya di India, tepatnya di di Air Force Flying College (India). Teddy Rusdy pun lulus pada 1961 dengan pangkat Letnan Muda Udara 1.

 

Sumber : rmol.id

Kakek Teddy Rusdy, Yai Zis Rela Dibuang Demi Mempertahankan Keyakinan Kemerdekaan Indonesia

Google.com

Berdasarkan kamus perjuangan Indonesia, mereka yan dihormati dan disegani pasti sudah menjadi seseorang yang pernah dibuang ke Digoel. Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, Sayuti Melik, adalah di antara nama pejuang yang pernah dikirim ke sana.

Dengan cara dibuang seperti itu adalah pilihan dari mereka yang memang mempertahankan keyakinan tentang kemerdekaan Indonesia. Mereka memilih untuk dibuang daripada harus berkompromi, maka dari itu mereka menjadi teladan dalam aspek perjuangan kemerdekaan.

Kakek Teddy Rusdy, Yai Zis adalah seseorang yang termasuk dalam kelompok ini, ia rela dibuang demi mempertahankan keyakinan tentang kemerdekaan Indonesia. Darah pejuang yang terus mengalir dalam tubuh Teddy adalah turunan dari sang kakek Yai Zis.

Tak perlu dipungkiri, Teddy Rusdy pun siap menghabiskan sisah hidupnya untuk tetap mengabdi dan memegang teguh kepada negerinya yakni tanah air yang dia cintai sepenuh hati. Kakeknya adalah pejuang negeri ini, Teddy Rusdy sebagai cucu tak akan merusak perjuangan sang kakek.

Dan memang, yang ia lakukan dalam jalan hidupnya sekarang mengantarkannya untuk meneruskan perjuangan sang kakek Yai Zis dalam bidang lain yakni Militer dan Intelijen.

 

Sumber : rmol.id

Menurut Sejarah, Mereka Yang Dibuang Ke Digoel Adalah Orang Yang Dihormati dan Disegani

Google.com

Pada 11 Mei 1939, Teddy Rusdy putra dari Hayuni Mathamin dan Nyi Mas Rodiah lahir di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Tak disangka, Teddy kecil sudah mengalami banyak kesusahan dan juga kesulitan karena masih negeri ini masih dibawah kekuasaan Belanda, Jepang, sampai akhirnya Indonesia bisa merdeka pada 17 Agustus 1945.

Tetapi, ada hal yang paling diingat dan paling melekat di memori Teddy Rusdy kecil. Yakni ketika sang kakek dari pihak ibu, dengan nama Haji Muhammad Zis berhasil pulang dari pengasingannya di Boven Digoel.

Kakek ini lebih dikenal dengan sebutan Yai Zis, Yai Zis sendiri adalah seorang aktivis Syarikat Islam di wilayah Banten dan beliau dikirimkan ke Digoel, Papua pada tahun 1929. Setelah 20 tahun mendatang akhirnya sang kakek kembali dan pada saat itu Teddy Rusdy masih berusia 10 tahun.

“Peristiwa itu saya ingat secara kental, sekaligus peristiwa itu menanamkan dan membentuk pribadi cinta tanah air pada diri saya,” kata Teddy.

Berdasarkan kamus perjuangan Indonesia, mereka yan dihormati dan disegani pasti sudah menjadi seseorang yang pernah dibuang ke Digoel. Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, Sayuti Melik, adalah di antara nama pejuang yang pernah dikirim ke sana.

 

Sumber : rmol.id

Meski Sudah Populer, L.B. Moerdani Tak Pernah Lupa Dengan Teddy Rusdy Staf Paling Setia

Google.com

Setelah L.B. Moerdani mengamati kondisi Pesawat Woyla dari pembajakan yang terjadi, Jenderal L.B. Moerdani meminta kertas dari Teddy Rusdy untuk menulis pesan, “Dear Pak Yoga, from now on, the show is mine! LBM.”.

Dengan jiwa kesetiaannya, Teddy Rusdy langsung berlari untuk menyampaikan kertas itu kepada Jenderal Yoga selaku Kepala Badan Koordinasi Intelijen, yang masih berada di Pusat Pengenadalian Krisis, lokasinya sekitar 400 meter dari titik lokasi L.B. Moerdani.

Setelah berhasil mendapatkan balasan dari Jenderal Yoga, Teddy Rusdy langsung bergegas untuk kembali menghampiri atasannya. L.B. Moerdani pun segera bergerak begitu melihat Teddy Rusdy membawa balasan dari Yoga, “Ok Ben. Sukses”.

Ternyata akhir kisahnya adalah dengan senang gembira Jenderal Yoga memberikan umpatan kepada L.B Moerdani, “Diancuk. Ning endi kowe? (Sialan, kamu di mana?)”. Jenderal L.B. Moerdani pun menjawabnya, “Di pesawat, Pak. Sudah selesai semua. Beres,” kata Benny lewat mik yang dipancarkan dari kokpit pesawat Woyla.

Siapakah dibalik itu semua? Ternyata Teddy Rusdy lah yang memastikan kelistrikan dalam pesawat itu berfungsi atau tidak ketika atasannya L.B. Moerdani hendak mengontak Yoga.

Dunia kemudian mencatat keberhasilan operasi ini dan disamakan dengan operasi militer Israel dan Jerman yang juga berhasil menyelamatkan kasus serupa. The Asian Wall Street Journal mencatat, “From hijack to the last gunshot, the entire operation lasted about 60 hours. It required a high degree of organisation and planning. It also required courage, efficiency and discipline.”

Keberhasilan Operasi Woyla ini mengerek kepopuleran untuk L.B. Moerdani. Tetapi, dia tidak lupa untuk membawa serta stafnya yang paling setia untuk ikut naik yakni Teddy Rusdy.

 

Sumber : rmol.id

Berhasil Dalam Operasi Pesawat Woyla, L.B. Moerdani Berikan Pesan Kepada Jenderal Yoga

 

Google.com

Saat bertemu dengan Jenderal L.B. Moerdani di Halim Perdanakusuma, Teddy Rusdy langsung melaporkan kalau dirinya sudah menyiapkan pesawat yang cukup mirip dengan Pesawat DC-9 Garuda, yang juga dikenal sebagai Pesawat Woyla.

Biasanya Pesawat Woyla digunakan sebagai latihan tim penyelamat. Tak hanya itu, Teddy Rusdy juga meminta kepada pihak pemerintah Malaysia untuk melarang pesawat Woyla keluar dari wilayah Malaysia. Namun sayangnya Malaysia tidak bisa menahannya.

Tak disangka, Pesawat Woyla sudah sampai dan mendarat di wilayah Bangkok, Thailand. Tanpa sepengetauan L.B. Moerdani, ternyata Teddy Rusdy juga telah meyusun informasi dari berbagai sumber untuk menjadi dasar keputusan bagi L.B. Moerdani.

Mulai dari logistic sampai menyiapkan strategi sudah Teddy Rusdy untuk menunjang kebutuhan L.B. Moerdani . Bahkan, saat operasi militer pembebasan Pesawat Woyla itu sedang berlangsung dan juga mengharuskan kontak senjata, Teddy Rusdy tetap setia menemani sang atasan.

Operasi militer itu terjadi pada 31 Maret 1981 bertempat di wilayah Bangkok, Thailand. Setelah L.B. Moerdani mengamati kondisi Pesawat Woyla, Jenderal L.B. Moerdani meminta kertas dari Teddy Rusdy untuk menulis pesan, “Dear Pak Yoga, from now on, the show is mine! LBM.”.

 

Sumber : rmol.id

Jenderal L.B. Moerdani Disambut Oleh Teddy Rusdy Saat Tiba Di Jakarta

Google.com

Dalam memperingati 1.000 hari wafatnya Alm Teddy Rusdy, mari kita mengenang kisah yang dialami oleh Teddy Rusdy. Saat Jenderal M. Jusuf selaku Menteri Pertahanan dan Kemanan dan juga Jenderal L.B. Moerdani selaku Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan sedang menikmati makan siang dalam Rapat Pimpinan ABRI.

Panglima Komando Pemulihan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) mengirimkan telegram kepada Jenderal M. Yusuf dan Jenderal L.B. Moerdani saat belum selesai makan siang. Lalu keduanya membaca telegram tersebut, dan Jenderal L.B. Moerdani langsung memerintahkan para wartawan agar berkumpul.

“Saya diinstruksikan oleh Menhankam untuk memberitahukan, bahwa hari ini, tanggal 28 Maret 1981, pukul 10.10 WIB telah terjadi pembajakan Pesawat DC-9 Garuda dalam penerbangan antara Palembang dan Medan. Pesawat itu pada saat ini berada di Pelabuhan Udara Internasional Penang, Malaysia. Captain pilot-nya bernama Herman Rante. Soal ini sekarang diambil alih oleh Departemen Hankam,” kata Benny di depan wartawan.

Dengan suara yang tenang, raut muka mengeras, dan matanya nyalang ia sampaikan hal tersebut. Tanpa pikir panjang, L.B. Moerdani langsung berangkat ke Jakarta. Begitu sesampaikan di Jakarta tepatnya Halim Perdanakusuma, L.B Moerdani disambut oleh Kolonel Teddy Rusdy.

Sejak saat itulah, Teddy Rusdy terus mendampingi Jenderal L.B. Moerdani.

 

Sumber : rmol.id